Perjalanan Satu Dekade Saya
Kamu benar, saya cuma ikut-ikutan tren di Twitter membuat perjalanan satu dekade. Tulisan ini tidak terlalu techie, tapi justru sedikit curhat. Positifnya, saya mulai menulis lagi. Tulisan ini sedikit ada hubungannya dengan tulisan saya sebelumnya, silakan dibaca dulu tulisan di bawah ini.
https://www.praditautama.com/posts/kerja-di-korporasi-atau-startup-bagian-pertama/
2010
Tahun dimana saya mencoba berkembang di korporasi atau enterprise ke-3. Masih di dunia Telekomunikasi alias Telco. Masih di ibukota. Masih di Jakarta Selatan. Saya diterima di PT XL Axiata di direktorat Finance, ya finance. di link artikel di atas ada sedikit ceritanya.
Pada tahun ini juga saya melamar seorang perempuan yang sekarang menjadi istri saya. #eeeaaa
2011
Di karir, saya masih berkutat di programming, IT, telco, dan kemacetan Jakarta. Waktu itu saya berhasil membuat automation antar departemen Network, Finance, dan IT (SAP) dalam membuat report summary tanpa perlu request menggunakan email dan telpon.
Karena sudah berkembang dan yakin, maka di tahun ini saya menikah di Bali. Tepat ketika KTT ASEAN 2011 di Bali. Saat itu bertepatan dengan Air Force One yang sedang mengudara di udara Bali yang mengakibatkan banyak flight undangan kami harus “didaratkan” di Surabaya atau Lombok.
2012
Tahun ketika anak pertama saya lahir. Karir masih di korporasi, di XL Axiata tapi naik grade jadi specialist. Masih nyaman, stabil, dan banyak bonus. To be honest, dengan bonus saja saya bisa beli kendaraan pertama, Toyota Limo ex-Taxi BlueBird. Tujuan utama tidak kehujanan.
2013
Masih di XL Axiata. Terlibat di XL Open Source Community (XL-OSC). Harapan kami saat itu bisa “menyadarkan” para karyawan lainnya kalau FOSS itu juga bagus dan bisa digunakan “hampir” di semua kegiatan kantor. Kecuali yang berhubungan dengan SAP, butuh Internet Explorer.
2014
Masih di XL Axiata. Semakin aktif di XL-OSC yang mulai pivot kegiatannya menjadi “oprek general”. Kita ganti namanya menjadi XL Labs. Mulai sering menjadi speaker mengatasnamakan XL Labs. Sharing apapun tech for non-tech people.
Tahun ini juga anak kedua saya lahir dan saya pindah rumah baru.
2015
Masih di XL Axiata dan mulai bosan di finance. Merasa tidak berkembang dan takut karir masa depan karena saya background software engineer tapi hampir 5 tahun masih di finance.
Ketemu way out ketika ada lomba programming yang wajib diikuti oleh perwakilan setiap direktorat, kecuali IT. Saya ikut dan menang.Beberapa pihak terkejut ada juara 1 dari Finance. Apakah yang menang ini bekerja tidak sesuai keahliannya? atau otodidak “orang finance” belajar algoritma dan pemrograman?
Entah berita kemenangan ini sampai petinggi HRD dan CEO, tapi setelah saya juara ternyata saya wajib pindah ke departemen IT menjadi Tech Lead!
Di departemen baru saya mulai coding dan deliver somethings. Sekaligus belajar menjadi leader.
Masih ingat dengan Toyota Limo ex-Taxi BlueBird? Akibat bonus di XL waktu itu, saya ganti dengan mobil baru. Cuma LCGC.
2016
Masih di XL Axiata dan berkumpul di antara software engineer. Terlibat di beberapa produk dan project.
2017
Akhir 2016 saya dapat tawaran bergabung di startup, Tech in Asia Indonesia, menjadi Head of Engineering. Saya cuma pikir WOW, karena Head. Posisi saya di XL terakhir adalah Specialist (Manager Level).
Butuh waktu lama saya mempertimbangkan hal ini, ini mungkin seperti sudah jadi PNS kemudian diajak gabung di perusahaan yang mungkin hanya kuat 6 bulan. Bisa jadi ya, karena saya belum pernah jadi PNS. Intinya sih, akan mengorbankan banyak sekali kenyamanan (material) untuk hal yang belum pasti.
Pindah ke startup ini mengorbankan banyak sekali benefits berupa materi, tapi dapat upgrade di non-material seperti jam kerja bebas, punya tim solid, CEO yang sudah seperti teman main game (literally memang kita main game bareng di kantor), dsb.
Satu lagi, exposure di dunia startup. Brand Tech in Asia masih sangat kuat di dunia startup. Jadi sering berbagi di acara-acara startup atau komunitas. Belajar seluk beluk startup dari sisi gelap hingga sisi party-nya.
Karena anak-anak sudah mulai besar kami ganti kendaraan ke yang jauh lebih besar, kami sebutnya “Roti Tawar”. Nissan Serena C27. Saya dan istri juga nekat ambil satu properti lagi non-KPR, dengan alasan daripada uangnya habis buat yang hal yang lain.
Hal Ini juga karena hasil BPJS Ketenagakerjaan dan DPLK yang “menumpuk” selama di korporasi hampir 7 tahun.
Karena itu, bagi para founder perusahaan, BPJS Ketenagakerjaan dan DPLK itu sangat penting. Bagi sebagian orang, hal itu bisa membuat mereka betah.
2018
Namanya juga startup, ada hi ada low. Mungkin di 2018 ini adalah tahun yang membuat saya dalam posisi sangat low, belum sampai depresi, tapi secara mental drop.
Long story short, sehabis lebaran ketika monthly townhall meeting, runway sisa sedikit sekali. Harus ada efisiensi dan yang paling gampang adalah layoff karyawan. Saya harus layoff 3 orang developer bukan karena performance. It made me down.
Untuk konteks, bisa dibaca di tulisan di bawah ini pada bagian Tech in Asia (Januari 2017– Agustus 2018)
https://www.praditautama.com/posts/kerja-di-korporasi-atau-startup-bagian-kedua/
Laporan dari Tech Crunch ada di bawah ini
https://techcrunch.com/2018/09/27/tech-in-asia-ico/
Setelah “membantu” efisiensi, kesepakatan dengan co-founders, dan make sure saya meninggalkan legacy yang baik, saya memutuskan keluar dan disambut oleh Qlue menjadi VP of Technology and Innovation.
2019
Bekerja di Qlue itu membuat saya bisa melihat hal-hal yang tidak bisa saya bagikan ke semua orang. Dari meeting di Sekretariat Negara, ketemu Menteri, bertemu beberapa CEO dan komisaris korporasi/BUMN besar, dsb.
Saya berkembang sangat besar disini. Punya tim sekitar 25 developers. Technology yang state-of-the-art. Leadership saya juga diuji disini. Ada saat saya sangat motivated, ada saat saya mentally down. Tapi saya tahu, apapun yang saya dan tim lakukan untuk kemajuan perusahaan dan ada dampaknya untuk Indonesia.
Tapi, harus sampai disini.
2020
[will be added in 2020]